Judul Buku : Indonesia Melawan Amerika
Penulis : Baskara T Wardaya
Penerbit : Galang Press, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, Mei, 2008
Tebal : xvi + 448 halaman


Dinamika perpolitikan Indonesia di era perang dingin kurun waktu 1953-
1963 pernah ditandai dengan aroma diplomasi cantik dan elegan,
disertai dengan kebijakan para pemimpin yang tidak mau didikte dan
tunduk pada Amerika. Meski saat itu negeri Indonesia baru merdeka
dalam hitungan belasan tahun, semangat nasionalisme dan kecerdikan
para pemimpinnya menjadikan negara Indonesia disegani oleh Amerika,
Uni Soviet dan negara-negara Sekutu.
Bagaimana tidak, di tengah persetruan perang dingin antara Amerika
dan Unisoviet, Indonesia, yang baru merdeka dalam hitungan belasan
tahun, lewat kunjungan Soekarno ke Washington berhasil mendinginkan
keadaan. Di sisi lain, melalui semangat nasionalisme yang tinggi dan
kecerdikan diplomasinya, pemerintah Indonesia lewat diplomasi cantik
dan ciamik Soekarno juga berhasil mempermainkan Amerika dan Uni
Soviet dalam kasus pembebasan Irian Barat dari penjajahan Belanda.
Dengan menggunakan kartu Uni soviet, Soekarno menerapkan kebijakan
luar negeri dengan metode gertak sambal, yaitu menakut-nakuti Amerika
bahwa militer Uni Soviet akan membantu Indonesia dan akan memporak-
porandakan Belanda, negara sekutu Abadi Amerika, di tanah penjajahan
Papua.
Berkat diplomasi Bung karno, Amerika tak berkutik, John F Kennedy
dengan sangat terpaksa memerintahkan Belanda untuk hengkang dari dan
tanah Irian Barat. Papua kemudian bebas dari penjajahan dengan tanpa
jatuh korban dan peperangan. Sebuah permainan diplomasi cantik
diperagakan oleh pemimpin Indonesia, dengan spirit nasionalisme yang
tinggi dan sikap pemerintahan yang independen.
Buku karya Baskara Tulus Wardaya yang merupakan disertasi di
universitas Marquette, Milwaukee, Wisconsin Amerika ini ingin
menuturkan dinamika politik Indonesia di masa perang dingin 1953-
1963, serta model kepemimpinan pemerintahan Indonesia yang anti
terhadap hegemoni Amerika dan bagaimana kecerdikan Bung Karno
mengambil kebijakan-kebijakan luar negerinya.
Sebagaimana dikisahkan oleh Baskara, landasan kepemimpinan Soekarno
dibangun atas dasar nasionalisme, Islam dan Marxisme. Nasionalisme
yang tumbuh dalam dirinya telah menanamkan rasa persatuan dan cinta
tanah air sekaligus menjadikan dirinya menjadi proklamator dan
presiden pertama Indonesia, sementara ideologi Marxisme yang
dikembangkannya membuat dirinya memiliki hubungan dekat dengan Uni
Soviet, dan menanamkan jiwa anti hegemoni dan imperialisme Barat.
Bersama pemerintahan Soekarno, kebijakan luar negeri Indonesia sangat
disegani asing. Salah satu kebijakan luar negeri yang indah dan luar
biasa dalam dinamika politik Indonesia di era pemerintahan Soekarno
adalah peristiwa pembebasan tanah Papua dari penjajahan Belanda.
Pada masa itu, Soekarno memanfaatkan Uni Soviet yang saat itu sedang
berseteru dengan Amerika, pada saat bersamaan posisi negara Belanda
menjadi bagian dari Sekutu bersama Amerika dan Eropa. Soekarno
melalui kekutan diplomasinya membujuk Uni Soviet untuk membantu
secara militer mengusir Belanda dari tanah Papua, dan keberhasilan
diplomasi Soekarno ini disampaikan ke Pihak Amerika. Amerika yang
saat itu tidak tega melihat sekutu abadinya luluh lantak oleh militer
Uni Soviet memerintahkan Belanda untuk mundur dari pendudukannya di
tanah Irian.
Proses diplomasi yang membuat Amerika gigit jari tersebut berlangsung
demikian, Subandrio wakil perdana menteri yang pernah menjabat duta
besar Moskow, diperintah olah Soekarno untuk meminta bantuan militer
kepada pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushehev, agar mengusir Belanda
dari tanah Papua. Keberhasilan Subandrio melobi Nikita Khrushehev
kemudian disampaikan oleh Soekarno kepada Howard P Jones, duta besar
Amerika di Indonesia. Informasi tersebut membuat john F Kennedy yang
saat itu sedang menjabat sebagai presiden Amerika kalang kabut,
karena Kennedy tidak mau melihat Belanda porak-poranda dan babak
belur, akibat serangan militer Uni Soviet, memaksa belanda untuk
kabur dan hengkang dari tanah Papua. Tanah Papua pun bebas dari
penjajahan Belanda dengan tanpa korban dan biaya pengeluaran untuk
militer, dan militer Uni Soviet pulang tanpa menembakkan sebutir
peluru pun karena Belanda sudah hengkang saat kapal perang Uni Soviet
sampai di perairan Indonesia.
Keberhasilan Soekarno mempecundangi Amerika tidak hanya dalam kasus
pembebasan tanah Irian, pemerintahan di masa Soekarno juga berhasil
menangkap basah penyusupan CIA di Maluku pada tahun 1958, yang
menyamar sebagai pilot, dan kemudian diadili secara tertutup. Padahal
Amerika saat itu mendanai pemberontakan pemerintahan revolusioner
republik Indonesia dan perjuangan Semesta di Maluku.
Pencapaian negara Indonesia di era Soekarno ini seakan menunujukkan
bahwa negara Indonesia pernah menjadi negara yang memiliki kekuatan
diplomasi yang cantik, dengan jiwa nasionalisme yang tinggi dan tidak
pernah mau tunduk dan didikte oleh negara super power Amerika. Salah
satu bukti nyata lain adalah dinamika politik Indonesia pada tahun
1948 ditandai dengan deklarasi politik bebas aktif, melawan Malaysia
pada tahun 1963, dan keluar dari keanggotaan PBB pada tahun 1965.
Lewat buku ini rasanya Baskara ingin menunjukkan bahwa kepemimpinan
Indonesia beberapa puluh tahun yang lalu pernah memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi dan dengan gagah berani menentang hegemoni
pihak asing. Sayangnya ruh kepemimpinan ala Soekarno ini tidak lagi
kelihatan di masa sekarang, dan hanya tinggal kenangan.
Hal ini dibuktikan bahwa praktis, pasca presiden Soekarno, Indonesia
berada dalam cengkeraman asing (Amerika), pemerintahan Orde Baru
berada di bawah kendali Amerika, melalui lembaga-lembaga
internasionalnya seperti IMF, Bank Dunia, USAID. Orde Baru mewarisi
kebijakan buruk dan berlanjut hingga sekarang, tak heran jika
Indonesia di masa Orde Baru pernah dijuluki sebagai negara gagal atau
failed state akibat strategi kebijakannya yang selalu tunduk pada
Mafia Berkeley dan Indonesia hanya menjadi negara kepanjangan tangan
dari kepentingan global Mafia Berkeley lewat “Washington konsensus”.
*) Moh Yasin, Mahasiswa Pasca Sarjana ICAS-Paramadina, Jakarta.
Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Paramadina.


0 komentar:

Posting Komentar

Mood Comel


Bubble

Note


Mood


Tik Tok

About this blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, silakan bergabung dengan Yana_Yang_Lain_(Nazya)..!! Meskipun hanya corat-coret yang hanya tulisan, semoga saja memberikan manfaat bagi Sampeyan semua, dalam jangka pendek maupun jangka panjang, serta di tempat manapun. aamiin..!! matur suwun.. :)